Peluang Usaha odong odong saat ini sedang beranjak naik, di setiap permukiman baik itu perkampungan hingga perumahan wirausaha odong odong selalu terlihat. Usaha odong odong ternyata cukup menggiurkan, walau awalnya di pandang sebelah mata namun ternyata menguntungkan. Sudah banyak wirausaha odong odong, sebut saja mulyadi.
Mulyadi adalah seorang juragan odong odong, sebuah bengkel yang terselip diantara rumah petak dan warung di kawasan Percetakan Negara, Jakarta Pusat, adalah bengkel odong odong kepunyaannya. Usaha bengkel itu nampak sibuk, beberapa orang mengelas sebuah rangka kereta kuda dikeliling debu jalanan ramai yang sempit. Mulyadi menyebut kereta mungil itu andong, sedangkan orang orang menyebutnya odong odong.
Mulyadi nampak sedang mengawasi pekerjaan para karyawan yang berjumlah sepuluh orang. Ia juga nampak puas melihat beberapa kereta andong yang sudah hampir selesai dicat warna warni. Kereta mungil odong odong itu sebagian sudah terlihat bentuknya. Beberapa odong odong lainnya bahkan sudah hampir selesai di cat warna-warni yang sangat menyolok mata. "Kami sedang menyiapkan pesanan 30 unit andong untuk dikirim ke Manado," tutur Mulyadi saat di temui detiknews
Diceritakan Mulyadi, pada tahun 1990 dia mulai merantau ke Jakarta. Apa saja dikerjakan untuk menyambung hidup. Mulai dari jualan barang elektronik hingga menjadi sopir truk. "Apa saja saya lakukan untuk menghasilkan uang secara halal. Makanya tak aneh bila sekarang saya mencoba usaha ini," jelas pria kelahiran Pelabuhan Ratu, Sukabumi itu.
Pria anak ke - 10 dari 12 bersaudara ini tidak menduga akan menjadi wirausaha sukses odong-odong. Awalnya, ia keliling Jakarta menjajakan gorden. Namun, tahun 2003 usahanya tidak jalan. "Akhirnya, saya mencoba usaha baru yaitu membuat andong atau odong-odong ini," katanya.
Ide usaha ini seperti dikatakan Mulyadi, berawal saat ia melihat mainan anak-anak di mal. Hanya saja mainan di mal itu harganya mahal. "Saya mencoba membuat mainan sejenis, namun harganya enggak semahal di mal. Kebetulan, saya pernah melihat orang membuat usaha ini."
Sejak itu, Mulyadi mulai menyusun konsep membuat andong. Hanya saja, ia tidak punya acuan. Akhirnya, ia mencoba-coba membuat sendiri. "Ternyata berhasil. Setelah ketemu cara pengoperasiannya, saya membuat satu andong."
Di masa tahap uji coba, "Modal yang saya keluarkan tidak terlalu besar. Untuk membuat satu andong, saya mengeluarkan dana sekitar Rp 1 juta. Awalnya, sih, bentuknya kurang bagus. Namun, saya enggak putus asa."
Mulyadi mengaku tidak tahu siapa yang pertama kali memulai wirausaha odong odong. Yang ia tahu, mainan ini disebut andong sebab semua mainan ini menggunakan kuda-kudaan dari kayu seperti delman. "Sekarang saya malah enggak tahu kenapa disebut odong odong. Mungkin mengambil nama dari andong dan kedengarannya juga enak," kata bapak tiga anak ini.
Odong odong hasil karyanya diuji-coba. Mulyadi membawa sendiri ke perumahan. Tidak diduga, odong odong buatannya menarik perhatian banyak anak. Mereka langsung ingin menjajal nikmatnya naik odong odong. "Hasilnya lumayan. Sehari saya mengumpulkan uang sekitar 250 ribu."
Mengetahui hasilnya yang lumayan, Banyak teman Mulyadi yang tertarik untuk menjadi penarik odong odong. Mulyadi pun mulai menambah odong-odongnya. Agar lebih beragam, Mulyadi mengubah model odong-odong. "Bila awalnya membuat mainan kuda-kudaan, saya mulai membuat odong-odong berbentuk mobil-mobilan atau sepeda motor."
Model keretanya pun turut berubah. Jika pada awalnya hanya berbentuk kotak sekarang sedikit melengkung. "Ternyata model andong buatan saya disukai banyak orang. Tiga tahun menggeluti usaha ini, saya sudah mengirim andong hampir seluruh Indonesia. Seperti Medan, Lampung, Padang, Palembang, Manado." Kini dari setoran odong odongnya saja yang di sewakan Mulyadi memperoleh penghasilan Rp 800.000/hari, belum dari pesanan odong odong kebengkelnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar